Persiapan Capai 80%, Geopark Ciletuh Siap Menjadi Geopark Global
A
A
A
CILETUH - Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Barat mengklaim persiapan Geopark Ciletuh menjadi Global Geopark sudah mencapai 80%. Ini bisa dilihat dari beberapa kemajuan infrastruktur dan program pengelolaan pada kawasan wisata yang berada di wilayah Sukabumi itu.
“Persiapannya sudah diatas 50%, mungkin 80% sudah. Kalau jalan infrastruktur hampir semua sudah bagus dan cukup, yang penting yang belum ada itu harus kita adakan,” kata Kepala Disbudpar Jabar, Ida Hernida.
Setelah dikukuhkan sebagai Geopark Nasional pada tahun 2015, Pemerintah Provinsi jawa Barat telah mengajukan Geopark Ciletuh sebagai Global Geopark ke UNESCO tahun ini.
Menurut Ida, saat ini kondisi Geopark Ciletuh sudah ada kemajuan dalam perbaikan infrastruktur jalan dan pengelolaan sumber daya manusianya. Dalam hal ini masyarakat sekitar wilayah wisata geopark dilibatkan untuk dibina dan dikelola menjadi masyarakat pelaku ekonomi wisata.
“Kita bina alihkan dari masarakat nelayan menjadi masyarakt pelaku ekonomi pariwisata, dari pekerja biasa menjadi seorang pekerja ekonomi pariwisata jadi nanti menjadi pelaku di tuan rumahnya sendiri tak hanya menjadi penonton saja. Sehingga mereka bisa meningkatkan kesejahteraan keluarganya dan maksimalnya masuk kedalam mendorong perekonmian sukabumi,” papar dia.
Saat ini, jalan atau akses menuju Geopark sudah relatif bagus dengan adanya jalan langsung ke Panenjoan yang mampu mempersingkat waktu menuju kawasan wisata tersebut. Begitupun dengan fasilitas lainnya seperti penginapan yang telah disediakan masyarakat untuk membuat homestay. Ini sesuai dengan program kementrian pariwisata yang berencana membuat 100.000 homestay di destinasi unggulan di Indonesia termasuk wilayah Geopark Ciletuh.
Meski begitu, ada beberapa fasilitas yang harus dibangun untuk mengejar standar Geopark International sehingga progress bisa mencapai 100%. “Kita sudah rapat dan menginventarisasi hal-hal yang memang kurang dan harus ada untuk menjadi Geopark Dunia yaitu pertama harus ada gerbang-gerbang disetiap jalan masuk sebagai ciri itu geopark, kedua sign board, untuk menerangkan ini geopark, itu yang harus dilengkapi, jad masih ada yang harus dilengkapi,” tutur dia.
Sementara itu Guru Besar ilmu Geologi Eksplorasi Unpad, yang juga sebagai pimpinan Bidang Pengelola Geopark Ciletuh Prof. Mega Fatimah Rosana, menjelaskan didalam sebuah geopark, konservasi sumber daya alam geologi itu dinilainya sangat penting. Tapi, bukan berarti tak bisa dikembangkan tetapi pengembangan menjadi kawasan edukasi, geowisata, bahkan hingga kawasan pertambangan.
“Dalam konsep geopark dalam kawasan, memang berbeda. ada bagian yang memang boleh untuk ditambang dan bagian yang langka dan mungkin nilainya akan lebih sustain pendapat perekonomiannya, itu dipertahankan,” katanya.
Geopark Ciletuh, menurut Mega, memiliki potensi untuk di akui UNESCO jika dilihat dari curugnya/air terjunnya, amphiteater, dan sumber daya manusianya. Jika dulu hanya dua kecamatan yang diajukan sekarang diperluas menjadi 8 kecamatan dengan luas seluruhnya sekitar 126. 000 hektar agar dapat diakui menjadi kawasan wisata dunia.
Pada bulan April dan Juni mendatang, perwakilan UNESCO akan akan datang ke Geopark Ciletuh unutk melakukan penilaian, atau mengakses, memvalidasi apa yang ada di dokumen. “Sekitar bulan September itu ada rapat Asia Pasifik Geopark di China tahun ini, akan diumumkan, kita jadi nominasi dulu untuk ditetapkan menjadi Geopark UNESCO,” kata Mega.
Dalam nominasi tersebut setiap negara akan mengajukan keunggulan wisata geoparknya, setiap negara biasanya hanya mengajukan dua wisata geopark saja. “Di Indonesia ada dua salah satunya Rinjani yang diajukan. Setelah diumumkan nominasi mereka akan ditentukan untuk ditetapkan sebagai Geopark Dunia,” ujar dia.
Pengumuman sertifikat Geopar Dunia dari UNESCO akan di lakukan pada acara UNESCO Global Conference di Italia. “Dari pengalaman sebelumnya kalo sudah masuk nominasi pasti semua masuk,” ucap Mega.
“Persiapannya sudah diatas 50%, mungkin 80% sudah. Kalau jalan infrastruktur hampir semua sudah bagus dan cukup, yang penting yang belum ada itu harus kita adakan,” kata Kepala Disbudpar Jabar, Ida Hernida.
Setelah dikukuhkan sebagai Geopark Nasional pada tahun 2015, Pemerintah Provinsi jawa Barat telah mengajukan Geopark Ciletuh sebagai Global Geopark ke UNESCO tahun ini.
Menurut Ida, saat ini kondisi Geopark Ciletuh sudah ada kemajuan dalam perbaikan infrastruktur jalan dan pengelolaan sumber daya manusianya. Dalam hal ini masyarakat sekitar wilayah wisata geopark dilibatkan untuk dibina dan dikelola menjadi masyarakat pelaku ekonomi wisata.
“Kita bina alihkan dari masarakat nelayan menjadi masyarakt pelaku ekonomi pariwisata, dari pekerja biasa menjadi seorang pekerja ekonomi pariwisata jadi nanti menjadi pelaku di tuan rumahnya sendiri tak hanya menjadi penonton saja. Sehingga mereka bisa meningkatkan kesejahteraan keluarganya dan maksimalnya masuk kedalam mendorong perekonmian sukabumi,” papar dia.
Saat ini, jalan atau akses menuju Geopark sudah relatif bagus dengan adanya jalan langsung ke Panenjoan yang mampu mempersingkat waktu menuju kawasan wisata tersebut. Begitupun dengan fasilitas lainnya seperti penginapan yang telah disediakan masyarakat untuk membuat homestay. Ini sesuai dengan program kementrian pariwisata yang berencana membuat 100.000 homestay di destinasi unggulan di Indonesia termasuk wilayah Geopark Ciletuh.
Meski begitu, ada beberapa fasilitas yang harus dibangun untuk mengejar standar Geopark International sehingga progress bisa mencapai 100%. “Kita sudah rapat dan menginventarisasi hal-hal yang memang kurang dan harus ada untuk menjadi Geopark Dunia yaitu pertama harus ada gerbang-gerbang disetiap jalan masuk sebagai ciri itu geopark, kedua sign board, untuk menerangkan ini geopark, itu yang harus dilengkapi, jad masih ada yang harus dilengkapi,” tutur dia.
Sementara itu Guru Besar ilmu Geologi Eksplorasi Unpad, yang juga sebagai pimpinan Bidang Pengelola Geopark Ciletuh Prof. Mega Fatimah Rosana, menjelaskan didalam sebuah geopark, konservasi sumber daya alam geologi itu dinilainya sangat penting. Tapi, bukan berarti tak bisa dikembangkan tetapi pengembangan menjadi kawasan edukasi, geowisata, bahkan hingga kawasan pertambangan.
“Dalam konsep geopark dalam kawasan, memang berbeda. ada bagian yang memang boleh untuk ditambang dan bagian yang langka dan mungkin nilainya akan lebih sustain pendapat perekonomiannya, itu dipertahankan,” katanya.
Geopark Ciletuh, menurut Mega, memiliki potensi untuk di akui UNESCO jika dilihat dari curugnya/air terjunnya, amphiteater, dan sumber daya manusianya. Jika dulu hanya dua kecamatan yang diajukan sekarang diperluas menjadi 8 kecamatan dengan luas seluruhnya sekitar 126. 000 hektar agar dapat diakui menjadi kawasan wisata dunia.
Pada bulan April dan Juni mendatang, perwakilan UNESCO akan akan datang ke Geopark Ciletuh unutk melakukan penilaian, atau mengakses, memvalidasi apa yang ada di dokumen. “Sekitar bulan September itu ada rapat Asia Pasifik Geopark di China tahun ini, akan diumumkan, kita jadi nominasi dulu untuk ditetapkan menjadi Geopark UNESCO,” kata Mega.
Dalam nominasi tersebut setiap negara akan mengajukan keunggulan wisata geoparknya, setiap negara biasanya hanya mengajukan dua wisata geopark saja. “Di Indonesia ada dua salah satunya Rinjani yang diajukan. Setelah diumumkan nominasi mereka akan ditentukan untuk ditetapkan sebagai Geopark Dunia,” ujar dia.
Pengumuman sertifikat Geopar Dunia dari UNESCO akan di lakukan pada acara UNESCO Global Conference di Italia. “Dari pengalaman sebelumnya kalo sudah masuk nominasi pasti semua masuk,” ucap Mega.
(alv)